Gaya Kepemimpinan Transformasional, Stres Kerja, Kepuasan Kerja, dan Turnover Intention pada Karyawan Perusahaan Penyedia Jasa Konsultasi Pengembangan


  • Jurnal Nasional
  • Sumrahadi, Elvira Azis, Ikeu Kania, Nadya Pradipta Respati, Alya Rahmadhanty
  • Jurnal Ilmu Sosial Politik Dan Humaniora ; Volume 2 Nomor 1, Bulan Maret Tahun 2019 ; 2654 – 3338

Abstrak

Penelitian ini menganalisis hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional, stres kerja, kepuasan kerja, dan turnover intention pada organisasi yang bergerak di bidang konsultansi. Tingkat perputaran karyawan yang terlalu cepat dan sering dapat merugikan perusahaan karena harus menyiapkan sumberdaya manusia yang baru serta melatihnya. Berbagai cari dilakukan organisasi agar karyawan khususnya yang berprestasi tidak berencana untuk mengundurkan diri. Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi perusahaan untuk mengevaluasi kebijakan terkait pengelolaan sumberdaya manusia dalam upaya meminimalkan niat karyawan untuk mundur. Responden untuk penelitian ini sebanyak 75 orang karyawan yang terdiri dari manajer, supervisor dan pelaksana. Analisis korelasi dengan program SPSS digunakan untuk mengukur seberapa kuat hubungan antara variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan memiliki korelasi positif yang kuat dengan tingkat kepuasan kerja dan stres kerja juga berkorelasi positif dengan niat untuk mengundurkan diri. Hasil ini sesuai dengan karya ilmiah sebelumnya. Untuk meningkatkan kepuasan kerja, organisasi dapat menerapkan gaya kepemimpinan transformasional yang diakui memiliki banyak manfaat positif. Sebagian kecil dari niat karyawan untuk mundur disebabkan tingkat stres kerja yang dialami. Dengan demikian organisasi perlu memperbaiki kondisi yang menyebabkan stres agar niat karyawan untuk mundur berkurang. Temuan lain dari penelitian ini adalah tidak adanya korelasi antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja dengan niat untuk mengundurkan diri. Niat karyawan untuk didorog oleh faktor lain misalnya adanya tawaran yang menarik atau kesempatan yang ebih baik. Hal ini menjadi masukan agar organisasi senantiasa memperhatikan kondisi eksternal dan melakukan penyesuaian terhadap kondisi internal jika dinilai sudah kurang memadai.

Lihat Dokumen