PENGARUH BERBAGAI PUPUK KANDANG DAN JARAK TANAM TERHADAP KEANEKARAGAMAN, DOMINANSI DAN LAJU TUMBUH GULMA PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)


  • Jurnal Nasional Terakreditasi
  • Anggi Septia Nugraha, Jenal Mutakin, Novriza Sativa
  • JAGROS Journal of Agrotechnonogy and Science Jurnal Agroteknologi dan sains Fakultas Pertanian, Universitas Garut P ISSN : 2775-0485, E ISSN : 2548-7752, Vol. 5 ; No. 2 Juni 2021 Halaman 353-362, penulis ke 2 dari 3 penulis

Abstrak

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara berbagai pupuk kandang dan jarak tanam terhadap keanekaragaman, domonansi, laju tumbuh gulma dan untuk mengetahui pupuk dan jarak tanam manakah yang terbaik pada penekanan laju tumbuh gulma pada bawang merah. Penelitian dilaksanakan di Kp. Margahayu, Desa Caringin, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah jenis pupuk organik yaitu : p0 (tanpa pupuk organik) = 0 ton/ha, p1 (pupuk kandang sapi) = 20 ton/ha, p2 (pupuk kandang ayam) = 20 ton/ha, dan p3 (pupuk kandang kambing) = 20 ton/ha. Faktor kedua adalah jarak tanam yaitu : j1 = 15 cm x 15 cm, j2 = 15 cm x 20 cm, dan j3 = 20 cm x 20 cm. Hasil penelitian menunjukan terdapat keanekaraman gulma pada lahan pertanaman bawang merah, yaitu : Centella aciatica L., Metha x piperita L., Mimosa indica, Meniathes trifolrata L., Cyperus rotundus L., Amaratus viridis L., dan Colocasia esculenta. Gulma yang mendominasi di lahan pertanaman bawang merah terdapat pada golongan gulma daun lebar, yaitu : Centella aciatica L., sebesar 19,9089%. Hasil analisis ragam menunjukan tidak terjadi interaksi antara pemberian berbagai pupuk kandang dan jarak tanam terhadap laju tumbuh gulma pada tanaman bawang merah. Secara mandiri penggunaan pupuk p2 (pupuk kandang ayam) = 20 ton/ha setara dengan 7,2 kg/plot memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering gulma dan laju pertumbuhan gulma. Kata kunci: bawang merah, gulma, jarak tanam, dan pupuk organik. Abstract This research aims to examine the interaction between various manure and plant spacing on diversity, dominance, weed growth rate and to find out which fertilizers and spacing were best for suppressing weed growth rates on shallots. The research was conducted at Kp. Margahayu, Caringin Village, Caringin District, Garut Regency. This study used a factorial randomized block design (RBD) with 3 replications. The first factor is the type of organic fertilizer, namely: p0 (without organic fertilizer) = 0 tonnes / ha, p1 (cow manure) = 20 tonnes / ha, p2 (chicken manure) = 20 tonnes / ha, and p3 (goat manure ) = 20 tons / ha. The second factor is the spacing, namely: j1 = 15 cm x 15 cm, j2 = 15 cm x 20 cm, and j3 = 20 cm x 20 cm. The results showed that there was a diversity of weeds in shallot fields, namely: Centella aciatica L., Metha x piperita L., Mimosa indica, Meniathes trifolrata L., Cyperus rotundus L., Amaratus viridis L., and Colocasia esculenta. Weeds that dominate in shallot fields are found in the broad leaf weeds, namely: Centella aciatica L., amounting to 19.9089%. The results of the analysis of variance showed that there was no interaction between the application of various manure and spacing to the growth rate of weeds on shallot plants. Independent use of p2 fertilizer (chicken manure) = 20 tonnes / ha equivalent to 7.2 kg / plot has a significant effect on weed dry weight and weed growth rate. Keywords: shallots, weeds, spacing, and organic fertilizer

Lihat Dokumen